Berat di Rindu, Ringan di Gengsi
Genap satu jam kau termenung di taman kota.
Sudah menjadi kebiasaan bagimu akhir akhir ini.
Sabtu malam pukul tujuh, jaket hitam dan kopi seduh.
Menatap nanar telepon genggam di tangan, seperti mengetik sesuatu yang penting, ragu, lalu kau hapus kembali.
Lelaki pelupa sepertiku saja hampir hafal kebiasaanmu.
Biar kutebak.
Kau pasti sedih perihal berpisah dengan kekasihmu bulan lalu.
Membuatmu murung, selalu berjalan gontai ke taman kota tiap sabtu malam.
Menatap penuh harapan ke layar ponselmu.
Berharap mendapat pesan rindu yang sudah lama kau tunggu.
Yang sudah pasti bukan dariku.
Tahukah kau bahwa pintaku pada Tuhan hanya satu?
Yaitu agar kau pertahankan rasa gengsimu itu dan tidak mengucapkan padanya bahwa kau rindu.
Karena demi apapun aku bersumpah setelah menerima pesan itu ia akan berlari padamu.
Dan kau takkan kembali ke taman ini setiap malam sabtu.
Pintaku pada Tuhan hanya satu.
Agar kau pertahankan rasa gengsimu.
Agar kau hapus kenangan kenangan masa lalu.
Agar kau terima bahwa kau dengannya sudah berlalu.
Agar kau terus datang ke taman ini walau dengan wajah sendu.
Dan pintaku pada Tuhan hanya satu.
Agar kau tidak datang lagi ke taman kota ini.
Agar aku bisa melupakanmu.
Karena aku percaya satu hal,
the person you loved the most also teaches you to never love like that again.
And at the end of the day,
i shouldn’t love you.
Komentar
Posting Komentar