Betapa Kamu Rela Membatu Demi Dia
Betapa kamu rela membatu demi dia.
Tapi, hidup ini cair.
Semesta bergerak, realitas berubah.
Seluruh simpul dari kesadaran kita berkembang mekar.
Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia.
Kamu, tidak terkecuali.
Dan kamu hanya bisa berbagi kesedihan itu, ketidakrelaan itu, kelemahan itu, dengan wangi bunga yang melangu, dengan nyamuk-nyamuk yang putus asa, dengan malam yang pasrah digusur pagi, dengan detik jam dinding yang gagu karena habis daya.
Sampai kamu paham, atau setidaknya setengah memahami, betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian.
Tidak ada sepasang mata lain yang mampu meyakinkanmu bahwa ini memang sudah usai. Atau sebaliknya, tidak ada sergahan yang membuatmu berubah pikiran.
Kamu pun tersadar, bahwa itulah perpisahan paling sepi yang pernah kamu alami.
Komentar
Posting Komentar