Kura-Kura Itu Mencintai Seekor Kapinis
Konyol.
Kapinis itu hidup seperti angin.
Tidak terbatas ruang ataupun harus jaim.
Pantang pulang sebelum ia menembus langit.
Pernahkah kau melihat seekor burung bersedih?
Konyol.
Sang kura - kura yang menyebalkan.
Mendamba sayap padahal jalan saja lambat.
Membenci diri sendiri tetapi pada kapinis ia menyayang.
Pernahkah kau melihat seekor kura-kura periang?
Lagi lagi ini konyol.
"Tidak adil! Ia sejak lahir diberi kaki dan sepasang sayap. Sedangkan aku berjalan saja lambat".
"Kalau bisa pun akan kutukar dengan tempurung hangat sebagai rumah tempatku rehat menyendiri melepas penat"'
Apakah ini benar-benar konyol?
Sang bijak berkata terbang itu bukan tentang sayap.
Menetap pun bukan tentang rumah.
Lalu tentang apa?
Apakah tentang burung kapinis si spesies burung tangguh yang mampu terbang selama sepuluh bulan tanpa sekalipun mendarat?
Atau tentang kura-kura pemalu bertempurung sekeras baja yang selalu memiliki tempat untuk pulang?
Tidak.
Ini tentang mereka yang saling mencinta.
Tentang kapinis dan sang kura yang untuk bersua pun mereka tidak berdaya.
Ini tentang perbedaan.
Perbedaan yang membuat kapinis maupun kura-kura adalah sama.
Layaknya kita.
Dan, ya. Jelas itu tidak konyol.
Komentar
Posting Komentar